Kamis, 11 April 2013

(12-Resensi Buku 2013-Kompas.com 6 April 2013) Indah Cinta di Saat Tak Terduga


Judul                    :  Air Mata Nayla
Penulis                 :  Muhammad Ardiansha El-Zhemary
Penerbit               :  Najah (Diva Press)
Tahun Terbit         :  Oktober, 2012
Jumlah Halaman  :  320 halaman
ISBN                     :  978-602-7641-73-0
Peresensi             :  Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota Forum Lingkar Pena Malang Raya; mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.

KOMPAS.com — Ahmad Hanif Asadullah tersadar dengan kaget dan hilang ingatan. Ia bahkan lupa akan namanya sendiri. Pak Aziz dan Bu Maisaroh yang menemukannya pun bingung. Sayla, putri Pak Aziz, akhirnya menemukan cincin perak milik Hanif dengan nama Leonardo Da Vinci. Karena itu, Sayla mengusulkan Hanif diberi nama Ahmad Leonardo (halaman 17), dengan tujuan mungkin akan mudah mengingat masa lalunya lagi, siapa dia sebenarnya.

Bersama keluarga Pak Aziz, Hanif mendapatkan kebahagiaan, keluarga baru. Dia juga ditawari untuk sekolah. Setelah berpikir, Hanif akhirnya mau. Di SMA Negeri 2 Pontianak dia bersahabat dengan Minan Nurrahman dan Nayla Syifa. Mereka bertiga adalah siswa berprestasi. Namun diam-diam sejak awal bertemu dengan Nayla Ahmad (Hanif) sudah merasakan getaran yang aneh. Mungkin cinta, dia sendiri bingung mendefinisikannya.
Karena ketertarikannya itu, sejak awal sekolah saja dia sudah membuat masalah. Ada geng sekolah Tomy dkk, membuat onar dengan mengganggu Nayla yang sebelumnya masih belum dia kenal namanya. Dia tentu tidak mau Nayla diganggu orang walaupun tak kenal. Akhirnya dia menolong Nayla dan membuat Tomy dkk kewalahan dan akan membalas dendam.

Dendam Tomy membara, dia mengadu kepada masnya, Arie Andi. Suatu ketika Ahmad berada di dalam kelas. Arie meminta dengan perintah agar Ahmad keluar sebentar, ada yang perlu padanya. Ternyata ketika keluar Tomy dkk sudah siap untuk menghajarnya. Karena dikeroyok dia kehabisan tenaga dan di akhirnya dia menjadi sasaran kemarahan Arie yang ternyata memiliki ilmu beladiri. Akhirnya, Ahmad kalah, terbujur kaku dalam kegelapan. Pingsan.

Singkat cerita, ternyata kejadian tersebut malah memberi hikmah. Ketika dia pingsan, dia mimpi bertemu dengan ibunya. Ibunya bercerita siapa dia sebenarnya. Dan kenapa dia ada di tanah borneo tersebut. Hanif sejak lulus SD tidak mau melanjutkan sekolah, dia ingin melanjutkan di pesantren saja. Orangtuanya mengabulkan, dia dipesantrenkan di Kiai Arsyad, Madura. Hebatnya, dalam satu tahun Kiai Arsyad telah mengantarkan Hanif pulang ke rumahnya dengan mengatakan bahwa masa menuntut ilmu dengan beliau sudah selesai. Bahkan dia juga telah hafal Al Quran dengan lancar dan benar.

Setelah itu Hanif ingin melanjutkan menuntut ilmu agama lagi, tepatnya di pondok pesantren di Banyuwangi yang dipimpin oleh Kiai Ahmad. Selama lebih kurang dua tahun, ternyata Hanif bisa menyelesaikan menuntut ilmu di sana. Sebelum Kiai Ahmad wafat, beliau berwasiat dalam sebuah tulisan agar Hanif segera ke Kalimantan untuk menemui Kiai Jazuli. Bukan untuk menuntut ilmu lagi, melainkan untuk menikah dengan putri Kiai Jazuli yang ternyata telah ditunangkan dengan Ahmad sejak bayi.

Ibunya sedih, tetapi akhirnya menyadari ini wasiat yang baik. Akhirnya bersama ayahnya, ibunya turut mengantarkan ke Kalimantan dengan kapal laut. Namun, sayang ternyata kapal yang mereka tumpangi kebakaran. Sedikit sekali yang selamat. Termasuk Hanif, tanpa orangtuanya. Itulah penyebab Hanif menjadi lupa ingatan, dan akhirnya setelah mimpi itu dia sadarkan diri dari hilang ingatannya. Dia ingin sekali memberikan kado terindah yang ditunggu-tunggu ibunya dari dirinya. Dia masih memikirkan hal itu (halaman 144-155).
Nayla meninggalkan Hanif dan menangis karena Hanif lupa pada dirinya. Padahal, bukan hanya terhadap dirinya dia lupa. Namun, terhadap Pak Aziz, Bu Maisa juga Minan dia lupa. Dia meminta maaf akan itu kepada semuanya.
Hanif memulai hidup baru dengan dirinya yang sebenarnya, tetapi tetap bersahabat dengan Minan. Sayangnya, Nayla telanjur kecewa dengannya. Dia juga bingung harus bagaimana karena dia memang lupa dengan masa-masa lupa ingatannya. Sesekali dia memikirkan wasiat Kiai Ahmad dan putrinya. Namun, dia juga merasakan bahwa ada yang telah mengisi hatinya, tapi entah siapa, dia tidak tahu.

Ketika dia tahu Nayla akan pergi dan akan ditunangkan dengan orang lain, dia merasakan sesuatu yang bisa dianggap kesedihan. Meskipun sedang tak boleh keluar dari rumah sakit, dia memaksa untuk melihat kepergian Nayla. Dia bersedih, Nayla mungkin bukan jodohnya dan jodohnya adalah putri Kiai Jazuli. Minan pun menguatkannya, kalau niatnya datang ke Kalimantan untuk melakukan wasiat Kiai Ahmad bukan mencari cinta. Akhirnya dia kuat kembali (halaman 202).

Sampai akhirnya dia melaksanakan wasiat Kiai Ahmad dan telah sampai di pesantren Kiai Jazuli. Dia dipertemukan dengan Neng Afiya. Awalnya hatinya menolak. Di hatinya ada Nayla. Namun, dia mencoba menjalani takdir. Ternyata, ketika dia memandang Neng Afiya, ternyata gadis itu Nayla. Ternyata nama putri Kiai Jazuli, Afiyatul Naylaturrahmah. Dia hanya bisa terus memuji Allah, ternyata rencananya begitu Indah.
Setidaknya pembaca akan mendapatkan tiga hikmah dalam novel karya Muhammad Ardiansha El-Zhemary ini. Pertama, semua ujian, apa pun itu, pasti ada hikmahnya. Kedua, rencana Allah itu sangat indah dibanding rencana manusia. Terakhir, jodoh telah ditentukan oleh Allah. Tanpa memaksa pun, kalau memang lelaki/wanita itu adalah jodoh kita, maka dia akan menikah dengan kita. Begitu sebaliknya, jika memang bukan jodoh, maka kita dengan memaksa segala cara pun tidak akan ada jalan untuk bertemu.

Namun sayang, saya menemukan kesalahan, salah satunya di halaman 225, yang seharusnya menggunakan kata pengganti bernama "Mbak Nayla" menjadi "Mbak Nadia". Novel setebal 320 halaman ini sarat dengan ilmu. Banyak ilmu agama berpadu dengan kisah di dalamnya. Juga terdapat syair-syair indah dari penyair terkenal Rumi dan Kahlil Gibran. Karenanya, buku ini sangat layak Anda koleksi.

dimuat di Kompas.com 6 April 2013
http://oase.kompas.com/read/2013/04/06/00593298/Indah.Cinta.di.Saat.Tak.Terduga

2 komentar: