Rabu, 29 Mei 2013

(18-Resensi Buku 2013-Majalah Matan April 2013) Buku Autokritik Untuk Paham Mazhab Hanbali

Judul                            : Pilih Islam atau Mazhab?
Penulis                          : Hasan bin Farhan Al-Maliki
Penerbit                       : Noura Books
Tahun Terbit                : Pertama, Januari 2013
Jumlah Halaman          : 368 halaman
ISBN                           :  978-602-7816-00-8
Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.
            Kemunduran peradaban dan kemunduran kekuatan umat Muslim saat ini tak bisa kita mengelaknya. Sangat jarang sekali di antara sebagai pemeluk Islam mencari permasalahan sekaligus solusi apa yang mesti kita lakukan demi mengembalikan kejayaan Islam seperti dulu. Dari yang jarang tersebut bisa kita temukan dari Hasan bin Farhan Al-Maliki. Seorang yang mengaku bermazhab Hanbali menulis buku yang berjudul asli Qira’ah fi kutub al-‘Aqa’id al-Madzhab al-Hanbali Namudzajan.
            Dalam terjemahannya buku ini berjudul, Pilih Islam atau Mazhab. Buku ini berpijak pada ayat yang berbunyi begini, “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka itu menjadi (terpecah) berkelompok-kelompok, sedikit pun itu bukanlah tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Akan tetapi, urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-An’am (6): 159). Selain ayat ini ada dua ayat lain di QS Al-Nisa’ (4): 135  dan di QS Al-Ma’idah (5): 8 (halaman vii).
            Inti dari ayat itu kesemuanya adalah persatuan Islam dan memang apa yang diinginkan penulis bermazhab Hanbali adalah ukhuwah Islamiyah yang sudah sulit ditemukan. Karena seringkali kita temukan, sama-sama pemeluk Islam dan hanya berbeda mazhab saja sudah saling menghujat, saling membid’ahkan, bahkan saling mengkafirkan.
            Dalam buku ini penulis fokus pada satu mazhab untuk dikritik, lebih tepatnya autokritik. Yakni mazhab yang diakui diikutinya, Mazhab Hanbali yang menurutnya perlu kritikan yang membangun, karena Imam Ahmad sandaran Mazhab Hanbali tidaklah ma’shum. Bisa saja berbuat dan mengatakan kesalahan.
            Pada pendahuluan buku ini pembaca akan disuguhi dengan berbagai macam pemikiran yang menurut penulis harus diketahui umat. Salah satu permasalahan umat hingga pecah belah ini adalah masalah kerancuan istilah dan definisi. Termasuk di dalamnya adalah definisi akidah yang sebenarnya tak ada dalam Islam (Al-Qur’an dan Hadits). Sebenarnya, kata akidah itu cukup dengan kata iman, yang sejak zaman awal Islam telah dikenal tidak seperti aqidah yang baru ada di zaman ulama belakangan. Tersebab kitab akidah saling berseteru itulah maka mundurlah Islam, termasuk ketika jatuhnya Bagdad dan terjajahnya negeri Syam dan Palestina di tangan Kaum Salib (halaman 37).
            Pada dasarnya semua imam mazhab melarang pengikutnya bertaklid padanya, termasuk Imam Ahmad bin Hanbali ketika datang seseorang yang bertaklid padanya dan menyatakan pendapatnya berbeda dengan Ibn Al-Mubarak. Imam Ahmad berpesan padanya, “Sungguh, Ibn Al-Mubarak itu bukan orang yang turun dari langit, tetapi kita diperintahkan untuk menggali ilmu yang datang dari langit.” Imam Ahmad juga berkata, “Janganlah kalian mengikuti pendapatku, jangan pula mengikuti pendapat Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Al-Tsauri! Galilah dari sumber mana mereka mengambil ilmu.” (halaman 4)
            Bab kedua buku ini berusaha melacak asal-usul perselisihan akidah yang menyebabkan umat mundur. Pada intinya semuanya adalah pertikaian politik. Bisa kita lihat ketika zaman kekhalifahan Bani Umayah banyak ulama dekat dengan pemerintahan. Akibatnya, ulama menjadi alat untuk membubuhi sikap taklid dan membenci pada selain mazhabnya. Umayah yang sejak awal memang membenci Ali dan keluarganya, akhirnya meminta ulama untuk mengatakan syiah itu sesat. Padahal, tidak semua syi’ah ekstrem. Maka ketika kekhalifahan Syiah naik, keberadaan Bani Umayah terancam karena syi’ah balas dendam, tentunya itu syiah ekstrem.
            Pada bab terakhir yang paling panjang adalah kritik terhadap Akidah Mazhab Hanbali. Menurut penulis yang bermazhab Hanbali ini kitab Akidah Mazhab Hanbali tidak luput dari kesalahan. Termasuk pengafiran dan tuduhan bid’ah terhadap Imam Abu Hanifah. Namun, penulis masih meragukan hal itu dilontarkan oleh Imam Ahmad (halaman 205). Karena bisa jadi kitab As-Sunnah itu diubah ketika beliau wafat demi kepentingan politik Bani Umayah.
            Selain itu dalam kitab Akidah mazhab Hanbali juga terdapat pemalsuan hadis dan sikap tajsim dan tasybih. Ada sebuah riwayat dalam sebuah kitab As-Sunnah (1/293) yang berbunyi, “Ketika Allah Swt. berfirman kepada Musa a.s., Dia memakai jubah bulu domba, tutup kepala dari bulu domba, dan sandal dari kulit keledai yang masih kasar.” Padahal hadis ini tidak sesuai syariat dan hadis sahih lainnya juga merendahkan Zat Ilahiah (halaman 241). Selain itu masih banyak hadis palsu dan kejanggalan dalam kitab Akidah mazhab Hanbali. Namun, perlu diketahui pula hampir semua kitab akidah dari mazhab apapun memuat kejanggalan dan kesalahan.
            Sebagai autokritik, buku ini secara khusus memang sangat bagus dibaca oleh pengikut mazhab Hanbali dan secara umum untuk semua mazhab umat Islam agar memahami semua imam mazhab mereka bisa saja salah dan kita bisa rendah hati menerima kebenaran dari mazhab lain serta menghindari sikap taklid dan meninggalkan perdebatan furu’. Semua itu bertujuan untuk bersatunya Islam dan menyongsong kehidupan yang lebih baik di masa depan.

            Maka benar endorsement buku ini yang ditulis oleh Abdul Mu’ti (Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah), “Buku ini memberikan perspektif yang luas mengenai akar-akar perbedaan pendapat dan mazhab di dalam Islam. Mengajak pembaca untuk menyikapi perbedaan mazhab secara arif, lapang dada, dan dewasa serta lebih mengutamakan Islam di atas fanatisme mazhab dan primordialisme golongan.”

*naskah sebelum diedit oleh redaksi

halaman dimuat di  Majalah Matan

(21-Resensi Buku 2013-Wasathon.com 28 Mei 2013) Dahsyatnya Doa Seorang Perempuan

Judul                            : Tolonglah Hamba-Mu Ini…
Penulis                          : Sides Sudyarto Ds
Penerbit                       : Diva Press
Tahun Terbit                : Maret, 2013
Jumlah Halaman          : 228 halaman
ISBN                           :  978-602-7640-48-1
Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.
            Jodoh adalah salah satu misteri dalam kehidupan. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang mampu meramal siapa jodohnya. Karena semua itu sudah ditetapkan dalam lauhul mahfuz, tersimpan rapi siapakah yang akan menjadi jodoh kita kelak. Walau begitu, tugas manusia tetap adalah berusaha, mencari siapa yang akan dia nikahi kelak. Sesuai dengan kecocokan yang dia rasakan.
            Arief Wicaksana adalah anak desa yang miskin. Namun, dengan segala tekadnya yang kuat dia bisa menembus berbagai macam ‘kejamnya’ Ibukota, Jakarta. Dia telah menyelesaikan sarjananya sastranya dengan hasil sebagai mahasiswa dengan predikat terbaik. Walau tanpa orang yang disayanginya, Ibu, Bapak juga Itoh panggilan dari Masyitoh kekasih yang telah menunggunya selama lima tahun. Wisuda tetap berkesan karena banyak kado dari mereka yang juga telah diwisuda yang banyak dibantu oleh Arief (halaman 32).
            Semua itu karena Sasmita (Sastra Kami, Sastra Kita) sebuah kelompok belajar yang dia gagas. Dia banyak kenal orang di sana yang tanpa payah dan bosan dia bombing ketika mengalami kesulitan. Mereka diantaranya, Eka Sari Estika anak gadis pengusaha batik di Purwodiningratan, Nyoman Puruhita anak seorang pengusaha kaya di Singaraja, dan Simangunsong anak seorang perwira di Medan.
            Karena keluwesan dan wawasannya yang luas, baru saja lulus kuliah di sudah mendapatkan pekerjaan. Bapak Nyoman Puruhita yang ingin membuat sebuah media massa (koran) menjadikan Arief konsultan, begitu pula bapak Simangunsong ingin memberi manfaat kepada masyarakat dengan membuat Universitas juga menjadikan Arief konsultan, dan Eka Sari Estika yang memulai bisnis batiknya juga menjadikan Arief sebagai konsultan. Sungguh beruntung Arief memang, ditengah kegalauan sarjana akan berkerja di mana namun Arief tanpa mencari pun sudah mendapatkannya.
            Sebenarnya pula dia ingin melanjutkan studinya. Namun, karena Itoh telah lama menunggunya dia ingin segera melamar dan menikahinya. Begitu pula bekerja akan semakin memudahkannya untuk membiayai orang tuanya menuju tanah suci. Namun, sayang rencana hanya rencana sampai saat ini masih ada masalah yang belum bisa diselesaikan terkait hubungannya dengan Itoh.
            Ibu Itoh suka lelaki yang pandai serta reliji sedangkan Bapaknya ingin orang yang kaya. Perbedaan ini seringkali menjadi masalah bagi Itoh. Karena Itoh lama tinggal di pesantren bersama neneknya sebagai pemimpin, perdebatan yang seringkali Ibu Itoh mengalah itu tidak diketahuinya.
            Bapaknya telah menyiapkan seorang lelaki bernama Muhammad Arifullah untuk menikahi Itoh. Namun, karena Itoh sudah sreg dengan Arief dia rasa cukup Arief dengan Arief saja yang dia lanjutkan. Ayahnya yang juga belum mengenal Arief dekat selalu menolak dan ingin Arifullah saja.
            Sedikit hati bapaknya terbuka ketika Ibu Itoh sakit dan Arief berusaha agar pihak rumah sakit mau menangani yang awalnya enggan menangani karena dianggap tak bisa membayar biayanya kelak. Namun, walau begitu tetap saja Bapak Itoh masih membawa Arifullah untuk dikenalkan kepada Itoh. Arief sendiri tetap dengan tekadnya, dia tidak akan meninggalkan meninggalkan Itoh dan berkhianat, lebih baik dia ditinggalkan dan dikhianati. Jika memang begitu akhirnya dia bisa saja akan memilih Eka Sari untuk menjadi pendamping hidupnya.
            Singkat cerita, Itoh diusir dari pesantren oleh Bapaknya karena tidak mau mendengar kata bapaknya untuk menikah dengan Arifullah. Itoh pergi ke rumah Arief dan tinggal di sana. Sembari membantu kebutuhan hidup orang tua Arief dan membantu pembangunan pesantren putri yang dia dan Arief gagas untuk didirikan di daerah Arief. Berkat doanya, semuanya berjalan lancar, termasuk pekerjaan Arief pun lancar.
            Novel ini tak hanya menyajikan romantisme perjuangan dua anak manusia yang saling mencintai. Namun, juga memberikan banyak pengetahuan tentang membaca dekat, cara menjadi mahasiswa terbaik, pengetahuan agama dan filsafat serta dahsyatnya doa seorang perempuan. Buku ini sangat menginspirasi dan layak Anda baca!


cover Tolonglah Hamba-Mu Ini..

(20-Resensi Buku 2013-Tribun Jogja April 2013) Hidup Semanis Buah Blackberry

cover blackberry
Judul                            : As Sweet as Blackberry
Penulis                          : Sienta Sasyika Novel
Penerbit                       : de Teens (Diva Press)
Tahun Terbit                : Maret, 2013
Jumlah Halaman          : 272 halaman
ISBN                           :  978-602-7723-36-8
Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.
            Hidup memang penuh dengan misteri, yang terkadang berisi keburukan dan ketidakbaikan seringkali kita anggap adalah kepahitan hidup. Padahal, tidak bisa segitu mudahnya untuk menjudge bahwa hidup ini begini dan begitu. Karena Tuhan menghidupkan kita bukan untuk kesia-siaan. Kita hidup selalu dalam pemanis buatan Tuhan. Layaknya manis buah blackberry.
            Sienta Azadirachta. Anak keluarga yang cukup kaya. Suka sekali dengan hal yang berbau anime. Sampai dandanannya seringkali meniru tokoh-tokoh anime yang dia suka, salah satunya tokoh Misa yang gotik di Death Note.  Punya kakak yang bernama Rama yang kini kuliah di kedokteran. Selain itu dia juga suka dengan Novel Blackberry.
            Sienta cukup takut dengan cerita-cerita horror, terutama karena seringkali sahabatnya Agnes bercerita padanya tentang film-film horror. Sampai akhirnya tidur di kamarnya saja dia takut. Karena pemandangan jendela di kamarnya hanya bisa memandang sebuah rumah persis samping rumahnya yang telah lama ditinggal penghuninya. Seram kata Sienta yang akhirnya seringkali meminta tukar kamar dengan Rama.
            Ketakutan Sienta mulai Sirna, ketika tahu bahwa rumah tetangga itu akan berpenghuni. Teman Papanya yang tinggal di Jakarta akan pindah ke rumah yang mengerikan tersebut. Riang bukan kepalang Sienta. Bahkan tahu kalau teman Papanya itu punya anak lelaki seumuran dia, dia semakin membayangkan bahwa itu sangat menyenangkan dan bisa saja mengakhiri masa jomblonya dengan berpacaran dengan anak teman Papanya.
            Namun, harapan baik ketika teman Papanya sudah menginjak di rumah seram tersebut tak terjadi. Sienta yang masih agak canggung sengaja sebelum masuk ke rumah tetangganya tersebut berkaca-kaca di mobil yang dia kira milik tetangga barunya itu. Sial, ketika dia mencoba memperbaiki penampilannya mobil itu digas oleh pengemudinya dan asap knalpot mengenainya. Rusak sudah penampilannya. Sienta mengambil batu, dengan marah yang sangat dia memlemparkan batu yang dia pegang ke mobil tersebut hingga sedikit penyok (halaman 38).
            Pemilik mobil yang bernama Bintang yang juga anak teman Papanya tersebut keluar. Cukup kaget Sienta dengan penampilan Bintang yang keren, cakep atletis nggak kalah dengan Rangga, cowok yang diam-diam Sienta sukai. Mereka bertengkar hebat namun sikap sok dan nggak mau kalahnya Bintang buat Sienta nggak suka. Sungguh awal perkenalan yang sangat tak nyaman.
            Namun semakin hari mereka semakin akrab dengan saling mengejek kejelekan masing-masing. Mereka berdua pun merasakan tanpa sadar, hal itu mempunyai kenyamanan tersendiri. Apatah lagi ketika Sienta melihat Rangga berciuman dengan Rissa, patah hati Sienta dan hancur harapnya sudah tak berkesudahan.
            Namun, ternyata Rissa hanya menjadikan Rangga sebagai alat untuk dimanfaatkannya. Rissa menyukai Bintang. Namun, Bintang tak suka karena di hatinya masih ada mantan pacarnya Sindy, artis muda yang mulai naik daun. Bahkan meskipun Bintang tahu Sindy sudah mempunyai tunangan.
            Untuk menghindari Rissa, Bintang meminta pertolongan Sienta untuk berpura-pura menjadi pacar Bintang. Walhasil, ketika mereka di depan Rissa, Sienta tanpa sengaja mengatakan bahkan mereka juga telah bertunangan. Dan karena itulah Bintang memberinya cincin agar dikira bahwa pertunangan mereka memang benar.
            Singkat cerita, Rangga diputus Rissa. Bintang seakan kembali pada Sindy yang tunangannya meninggal saat kecelakaan. Rangga mendekati Sienta yang dia tahu menyukainya sejak dulu. Namun, Rangga terlambat Sienta sudah mencintai orang lain, Bintang yang ternyata juga penulis novel yang sangat dia sukai, Blackberry. Dan berakhir Bintang mengucapkan kesungguhan cintanya kepada Sienta di depan banyak orang saat priemer film terbaru yang disutradarai oleh saudaranya dan dibintangi salah satunya oleh Rissa. Patah hati sangat Rissa. Acara berakhir dengan romantisme keduanya.

            Begitulah hidup. Tak selamanya ada pahit, dibalik itu semua pasti ada manis, itulah yang bisa kita ambil dari novel remaja ini. Buku ini cocok Anda baca sebagai teman penghabis waktu yang menghibur, sekaligus mengambil makna positif di dalamnya.

*dimuat di tribun jogja 5 Mei 2013 sebelum judul diganti redaksi.

halaman di tribun jogja







Senin, 27 Mei 2013

(19-Resensi Buku 2013-Dakwatuna.com 8 Mei 2013) Nasehat Untuk Wanita Akhir Zaman


Judul                            : Jadilah Bunga Akhir Zaman
Penulis                          : Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Arify
Penerbit                       : Tinta Medina
Tahun Terbit                : Pertama, 2012
Jumlah Halaman          : 140 halaman
ISBN                           :  978-602-9211-54-2
Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.
            Islam adalah satu-satunya agama yang memperlakukan wanita begitu mulianya. Hal ini karena dalam Islam wanita adalah makhluk yang diciptakan begitu indah dan menyenangkan. Maka Islam dengan tegas melindungi wanita dengan mengajak mereka menutupi kecantikan mereka dengan jilbab, sehingga tidak menyebabkan hadirnya pikiran kotor lelaki yang berniat jahat padanya. Hijab, inilah sebutannya, agar tidak tampak aurat mereka kepada orang lain, yang memungkinkan terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki, misalnya pelecehan seksual yang kini semakin marak terjadi di tengah masyarakat.
            Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Arify dalam bukunya yang berjudul Jadilah Bunga Akhir Zaman menguraikan banyak hal, nasehat untuk seluruh muslimin terutama kepada muslimah. Di akhir zaman, segala sesuatu semakin termudahkan dengan tekhnologi yang semakin canggih. Begitu pula kejahatan akan termudahkan, dengan ketajaman tekhnologi bak sebilah pisau. Muslimah pun semakin rentan menjadi korban kejahatan tekhnologi yang ada. Salah satunya, bagaimana iklan segala sesuatu saat ini seringkali diperankan oleh wanita dan pasti mengumbarkan tubuh sang wanita. Inilah terjadinya terjadinya bias makna iklan, antara menjual produk atau wanita.
            Syaikh Muhammad berupaya untuk membawa muslimin dan muslimah memegang teguh agama ini dengan ikhlas. Beliau memberikan kisah-kisah nyata terdahulu sampai yang terjadi saat ini. Seperti kisah Masyitah pembantu Fir’aun yang menyembah Allah. Karena, kegigihannya memegang tali Allah, dia tidak mempermasalahkan hukuman yang diberikan Fir’aun karena tidak mau menyembahnya. Di akhir kisah Masyitah dan anak-anaknya harus mati setelah diceburkan ke periuk yang berisikan air mendidih (halaman 24-39). Begitu pula, ada cerita kisah istri Fir’aun, Asiyah yang harus mati karena menolak menyembah suaminya.
             Ada pula kisah nyata seorang perempuan Rusia yang akhirnya masuk Islam karena ditolong oleh lelaki muslim-shalih dari ‘perdagangan’ perempuan. Ketika orang tuanya tahu, wanita Rusia ini disiksa habis-habisan dan dipisahkan dari suaminya. Sampai akhirnya, wanita Rusia itu bebas dan tetap dengan keislamannya. Sungguh, kisah yang seharusnya menjadi teladan muslimah saat ini.
            Khadijah pun termasuk wanita yang sangat mulia dan begitu hebat karena telah sangat banyak membantu penyebaran awal mula Islam. Dia menjadi istri sekaligus penguat Nabi dalam menjalankan risalahNya. Seluruh kekayaannya diberikan untuk kejayaan Islam. Begitu hingga meninggal. Kita juga akan mendapatkan Ummu Sulaim yang ketika Abu Thalhah ingin menikahinya hanya memberikan satu syarat yakni mahar dengan masuk Islamnya Abu Thalhah. Dia termasuk muslimah cantik juga cerdas, dia adalah muslimah yang mendidik-mendorong suaminya untuk gigih berdakwah, jihad dan istiqomah dalam ketaatan pada Allah SWT. Sampai pecah perang Uhud dan Abu Thalhah menjemput syahidnya dengan sepuluh tusukan dibadannya. Begitu mulianya Ummu Sulaim sehingga mampu menjadikan suaminya yang awalnya menolak Islam, menjadi salah satu muslim yang berjasa bagi Islam.
            Dalam bab Wanita Miskin dalam buku ini Syaikh Abdurrahman juga menceritakan sebuah kisah nyata. Pernah ditanyakan kepada beberapa orang lelaki, “Apa yang menyebabkan kalian membuntuti wanita yang berada di mall. Lalu bagaimana pandanganmu terhadap wanita yang mengacuhkanmu?”
            Mereka menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya kami hanya menghinanya, mempermainkannya, dan menahannya. Jika kami sudah puas, kami akan menendangnya dengan kaki.”
            Ada juga yang berkata, “Demi Allah, wahai Syaikh, sesungguhnya apabila aku pergi ke pasar dan melihat wanita yang menjaga kehormatannya, dirinya sempurna menutup aurat, dia menjadi mulia dalam pandanganku dan aku tidak sanggup mendekatinya. Bahkan, demi Allah jika aku melihat seorang mendekatinya, aku akan membela wanita itu.”
            Dari percakapan di atas akan didapatkan sebuah kesimpulan,  bahwa wanita yang membuka aurat hanya akan mendapatkan pujian palsu yang akan membawanya pada kenistaan dan pelecehan. Adakah yang mau akan hal ini? Tentu jawabannya tidak. Maka, Syaikh Abdurrahman berwasiat agar wanita muslimah untuk selalu istiqomah menjaga kemuliaan yang seterang mutiara. Jangan sampai ternoda, karena silau dengan trend pakaian dan penampilan yang digaungkan kaum kafirin.
            Maka, Syaikh Abdurrahman pun berpesan bagi para muslimah agar tidak menjadikan persoalan fisik seperti kecantikan dan penampilan menjadi perhatian utama. Seharusnya yang menjadi perhatian utama adalah Allah. Mempelajari banyak ilmunya agar mampu mendidik anak, juga mengajak wanita baik muslimah atau bukan pada kebaikan dan indahnya Islam. Jangan sampai terjerumus pada kemaksiatan yang mereka lakukan, maka itulah yang seharusnya menjadi prioritas utama yang mereka perhatikan.
            Begitulah buku ini banyak memberikan penyadaran akan hidup ini yang hanya sementara dan sebaiknya digunakan untuk memperbanyak bekal menuju akhirat. Buku ini memang sangat wajib dibaca oleh muslimah di mana pun berada agar mendapatkan secercah cahaya yang mungkin sudah lama didambakan. Begitu pun, para muslimin wajib membaca buku ini sebagai bekal mendidik istri, anak perempuan dan masyarakat luas nantinya. Selamat membaca!



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/08/32906/jadilah-bunga-akhir-zaman/#ixzz2UVoYrYDA Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

dakwatuna.com