Sabtu, 29 Desember 2012

Mau Dapat Buku Gratis? Tulislah Resensi!*


Mungkin dari kita banyak yang menganggap menulis resensi ya hanya gitu-gitu saja, nggak ada yang lebih, nggak wow! Termasuk saya pun begitu, tapi itu duluuu. Sekarang saya cukup rajin menulis resensi. Salah satu alasannya, bisa dapat buku gratis dari penerbit. Enak nggak nih?

Soal honor juga enak lho. Kalau resensi dimuat di media cetak,  ada beberapa penerbit yang memberi fee selain buku gratis. Ditambah lagi jika dimuat media cetak yang memberi honor, tambah deh uangnya. Selain itu kalo media cetak yang memuat tulisan saya itu bisa saya jangkau, saya bisa memberikan bukti cetak dimuatnya tulisan saya di sebuah media (koran) kepada kemahasiswaan UMM untuk ditukar dengan uang apresiasi dari kampus (di kampus teman-teman juga begitu? :)) . Wah, udah ada tiga tempat yang bisa menjadi tempat penghasilan saya ya :) hehehe….

Saya ingin berbagi apa yang saya tahu tentang resensi kepada sahabat Blogers.

Berikut pengalaman saya dalam menulis resensi:

1. Memilih buku baru untuk diresensi. Misalnya sekarang tahun 2012, kita pilih buku-buku terbitan tahun 2012. Karena semua media cetak hanya memuat resensi buku yang baru. Kalau media online ada juga yang memuat resensi buku-buku lama misalnya, Rimanews.com.

2. Membaca buku sampai selesai dengan teliti dan serius (khusus pemula dan saya masih begini, kalau mas M. Iqbal pasti sudah gak perlu dibaca sampe selesai tuh). Jangan sampai ada kata yang terlewatkan. Catat kesalahan tulis kata, EYD, tanda baca. Juga kata-kata atau kalimat yang menarik yang mungkin bisa dijadikan menjadi salah satu paragraf dalam resensi.

3. Selesai membaca segeralah untuk menulis resensinya, agar tidak kedahuluan resensor lain menulis resensi buku yang sama. Ini bukan tidak mungkin, dan ini cukup sering saya alami, kedahuluan orang.

4. Cara saya menulis resensi:

a. Jika buku kumpulan tulisan dengan satu tema sama, saya meringkas semua tulisan itu sebagai isi resensi. Kadang pula saya hanya mengambil beberapa bagian yang menarik untuk saya ceritakan dalam resensi. Jika novel, saya menceritakan dengan singkat isi novel.

b. Karena resensi buku tidak hanya sekedar mereview sebuah buku. Maka di dalamnya juga ada sanjungan kelebihan sebuah buku, kritik dan saran terhadap sebuah buku. Juga perbandingan dengan buku bertema sama yang ditulis penulis lain, buku-buku yang ditulis oleh penulis yang sama. Termasuk juga resensi resensor lain tentang buku yang kita resensi di media lain mungkin ada kesalahan resensi atau kesalahan pengambilan data dalam buku yang dia resensi, maka kita perbaiki dalam resensi yang kita tulis.

c. Soal judul memang biasanya agak lama saya berfikir mencari yang menarik. Karena menjadi kepala tulisan menjadi awal sebuah resensi akan dibaca atau tidak. Biasanya saya mengambil salah satu sub judul di kumpulan tulisan yang saya resensi. Biasanya juga mencari tema pokok sebuah buku yang diracik menjadi judul yang menarik.

5. Setelah jadi kirimlah ke media cetak dahulu, kemudian jika lama tak ada kabar kirimlah ke media online saja. Cukup banyak media online yang menerima naskah resensi dari penulis lepas.

6. Nah, bila sudah ada resensi kita yang dimuat di sebuah media, baik cetak atau online. Kirimlah email ke email penerbit buku yang Anda resensi. Dengan isi bahwasanya resensi karya Anda tentang buku terbitan penerbit tersebut dimuat di media blab la bla. Misal ini yang biasanya saya kirim :
Kepada: Yth. Penerbit Metagraf (Tiga Serangkai) Pak Kurniawan. di Tempat

 Assalamu’alaikum Wr. Wb


 Bersama ini penulis kirimkan link http://annida-online.com/artikel-6468-pengusaha-emperan-penghasilan-milyaran.html Resensi yang berjudul Pengusaha Emperan Penghasilan Milyaran yang dimuat di Annida Online 19 Desember 2012. Saya sertakan juga softfilenya.


Resensi tersebut merupakan resensi atas buku terbitan Metagraf, yang berjudul: Emperpreuner, karya Wahyu Liz Adaideaja. Besar harapan penulis, pihak Tiga Serangkai dapat melanjutkan kerjasama dibidang peresensian ini. Untuk itu penerbit dapat mengirimkan buku terbitan terbaru kepada penulis untuk diresensi atau dalam bentuk yang lain. Gajah Mada yang 1,2,3 kalau ada boleh yang lain juga. Terima kasih :)

Berikut biodata saya, bila diperlukan:

Muhammad Rasyid Ridho Alamat di Malang (Rumah bapak Kontrakan): Jln. Kamidin No. 30 Dermo Malang. (Rumah Pak Sarkam Warung Rujak Cingur) HP: 087857574521

 No Rek BNI cabang UMM an M.Rasyid Ridho 0202737477
 
Demikian surat ini penulis sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya penulis sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Salam Hormat, Penulis,

Muhammad Rasyid Ridho

7. Terakhir, Taraaa! selamat menunggu kiriman buku gratis sampai ke rumah Anda :)

NB:
1. Tidak semua penerbit memberikan buku ketika resensi terhadap buku terbitannya dimuat di sebuah media. Tidak semua penerbit memberi buku, ketika salah satu buku terbitannya kita resensi di media online, jadi mereka hanya memberi buku gratis jika resensi buku dimuat di media cetak.

Kurang lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat yaa :)

*Bahan diskusi ketika jadi dosen tamu di Komunitas Taraje.

Sabtu, 22 Desember 2012

ODHA Juga Manusia



Jum'at, 14 Desember 2012 - 11:45 wib dimuat di okezone, klik!
Judul : My Daddy ODHA
Penulis : Dy Lunaly
Penerbit : Bentang Belia
Tahun Terbit : Juli, 2012
Jumlah Halaman : 138 Hal
ISBN : 978-602-9397-32-1   
 

Di mata masyarakat, penderita HIV AIDS (ODHA) selalu berkonotasi negatif. Mereka dianggap sampah yang tidak berguna. Padahal tidak semua seorang ODHA orang yang suka ‘jajan’ atau pemakai narkoba. Bisa jadi, ia tertular karena kekhilafan seorang dokter yang lupa mengganti jarum suntik atau karena dia hidup di lingkungan para ODHA.
    
Seharusnya seorang ODHA masih bisa diterima di masyarakat luas agar hidup yang tersisa sedikit saja bisa dilalui dengan senyum tanpa putus asa. Apatah lagi, penderita ODHA yang tertular tanpa kesalahan dan kesengajaan pun harus diterima sebagai bagian dari masyarakat. Namun, sayangnya  hampir tidak ada masyarakat yang memiliki respon positif terhadap mereka. Penderita ODHA jadi sasaran cercaan, caci maki, dan cemoohan tanpa henti. Tak terkecuali kepada orang terdekat penderita, suami atau istri dan anak pun jadi korban siksaan psikis akibat ejekan sebagian masyarakat.
    
Dalam novel karya Dy Lunaly yang berjudul My Daddy ODHA, akan Anda dapatkan kisah ketegaran  seorang anak perempuan seorang ODHA. Anastasia Kharzkov, perempuan yang masih menjadi siswi SMA adalah tokoh utama dalam novel ini. Papanya yang seorang Russian meninggal karena menderita HIV AIDS. Bukan karena  lelaki ‘mata keranjang’, tetapi penyakit menggerogoti tubuh saat bertugas di Afrika. Saat harus menerima suntikan dokter yang terpaksa tidak steril. Akhirnya, Papanya positif sebagai penyandang ODHA.
    
Sejak SMP, Tasia selalu menjadi korban ejekan teman-teman sekolahnya. Untung saja, masih ada  sahabat karibnya, Rani dan mamanya yang selalu memberinya kekuatan. Lulus SMP dan masuk SMA, Tasia dan Rani bagai tak bisa terpisahkan. Mereka berdua tetap setia dalam persahabatan dan masuk di sekolah yang sama. 
    
Namun, ujian demi ujian tak henti menghantam hidup Tasia. Andre Pratama, kakak kelas sekaligus pacarnya, meminta putus dan ternyata setelah itu memacari Rani. Andre beralasan, Tasia tetap kuat walaupun sendiri sedangkan Rani tidak. Karenanya, Andre memutus Tasia dan memacari Rani (18-19).
    
Bagaimana pun tentu Tasia tak rela bila sekonyong-konyong Andre memutus hubungan dengannya dan memacari sahabatnya sendiri. Ya, walaupun Rani sahabatnya sendiri, pasti Tasia merasa mangkel dan cemburu. Namun, itu tak berlangsung lama dan mereka bertiga kembali akrab seperti biasanya.
    
Tak berhenti di situ, suatu ketika ada beberapa orang yang iri dan tak suka dengan Tasia akhirnya tahu kalau Papa Tasia seorang ODHA. Akhirnya, inilah yang akan mereka jadikan senjata untuk menusuk-nusuk psikis Tasia. Hal yang hampir sama ketika dia SMP.
    
Atas provokasi kakak kelas Tasia, Alexandra the gank dan teman sekelasnya Ariana semua warga sekolah tahu bahwa Tasia anak seorang ODHA. Alexandra mengatakan bahwasanya bisa jadi Tasia pun tertular penyakit menakutkan tersebut dan mengejeknya dengan segala macam ejekan yang menyakitkan hati, termasuk menyebutnya sebagai orang yang terbiasa free sex/  PSK juga. Akibatnya, semua mengucilkannya, termasuk Rani sahabatnya sendiri.
    
Tuhan tak membiarkannya sendiri dan menurunkan malaikat baginya. Singkat cerita, akhirnya ada seorang yang menjadi penyelamat dan pelindung hidupnya. Aditya, kakak kelas yang akhirnya akrab dengannya karena hampir selalu berdua terkena sanksi dari Guru BP. Tasia karena rambut kecokelat-cokelatan alami keturunan dari Papanya sedangkan Aditya karena kesalahannya memakai anting di kedua telinganya. Walaupun, di akhir cerita mereka akan berpisah karena Aditya mendapatkan beasiswa ke luar negeri ( hal 123-128).
    
Walaupun novel teenlit, novel ini layak dibaca oleh siapapun tanpa pandang usia setidaknya ada dua pelajaran yang bisa diambil. Pertama, ODHA adalah bagian masyarakat yang harus dihargai keberadaannya, walaupun sudah diambang kematian. Kedua, ujian tak akan jauh dari kehidupan manusia, sekaligus Tuhan tak akan jauh dari manusia. Ujian adalah bentuk kasih sayang Tuhan, agar kita selalu berusaha dekat dengan-Nya. Karenanya, selalu meminta dan mendekatlah pada Tuhan, agar ujian mudah dihadapi dan teratasi.

Peresensi: Muhammad Rasyid Ridho
Ketua Journalistic Club Ikom Universitas Muhammadiyah Malang dan bergiat juga di Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM

Pengusaha Emperan Penghasilan Milyaran



19 Des 2012 Dimuat di Annida Online, klik!
Judul                 : Emperpreneur
Penulis              : Wahyu Liz Adaideaja
Penerbit            : Metagraf (Creative Imprint Of Tiga Serangkai)
Tahun Terbit      : April, 2012
Jumlah Halama  : 122 halaman

Dulu, kaos adalah benda tabu yang ditampakkan. Konon, kaos dijadikan pakaian dalam tentara Inggris dan Amerika. Baru setelah tahun 1920-an, orang mulai berani menampakkan identitasnya dengan kaos yang dipakainya. Kemudian, setelah itu muncul desain kaos yang menghiasi kaos polos (halaman 19).
Berjalannya tahun, desain kaos pun semakin beragam dari yang serius sampai yang plesetan. Tentu yang menarik dan banyak diminati pembeli adalah kaos plesetan. Di Indonesia sendiri, fenomena kaos plesetan dimulai Dagadu, dengan plesetan gaya Jogja dan semua cerita tentang Jogja. Menyusul Bali dengan Jogger Pabrik Kata-Kata dan Bandung dengan C 59. Kini muncul juga Adaideaja (halaman 17). Pernah dengar? Mari saya kenalkan dengan owner Adaideaja jika pembaca belum kenal.
Aku, Wahyu Lies Sundoro, lahir dari seorang ibu yang selama 9 bulan bagaikan hidup di bandara Hamil Perdanakusuka. Maksudnya, aku ini anak pertama. Ibuku Naniek Marnani dan Ayahku Drs. Sunu Achmadi. Aku lahir di daerah paling keren, Cool on Progo, ibukotanya New South Wates, provinsi DIY, 23 Juni 1980. Hari pasarannya Senin Kliwon. Oleh karenanya, aku dijuluki seperti artis Korea, Coy Si Won (COwok Yogya laire SenIn kliWon).
Ini saya sedang tidak bercanda. Tulisan di atas adalah perkenalan dari seorang yang kini lebih dikenal Wahyu Liz Adaideaja. Tulisan yang saya kutip dari halaman 2 sebuah buku yang berjudul Emperpreneur. Sebuah buku bisnis dan bisa dikatakan satu-satunya buku bisnis di Indonesia yang dikemas dengan gaya plesetan.
Bagaimana tidak? Bisa pembaca lihat tulisan awal tulisan ini. Tulisan itu merupakan potongan kalimat pembuka penulis. Sangat menggelitik hati dan pikiran dengan plesetan konyolnya bukan?
Tak hanya tulisan itu saja yang bergaya plesetan. Hampir semua tulisan Wahyu dalam buku ini berisi plesetan. Baik itu berniat memaparkan keseriusan ataupun memang ingin menunjukkan kekonyolannya. Sekalipun begitu, buku ini tetap bisa dijadikan referensi pembaca untuk membangun dan mengelola bisnis kaos plesetan.
Wahyu yang merupakan alumni FMIPA Kimia UGM, nyasar menjadi penjual kaos di emperan. Tapi jangan salah, namun dari emperanlah akhirnya Wahyu bisa mendirikan empire (kerajaan).
Bagi Wahyu, bisnis itu butuh chemistry antara dia dan bisnisnya, biar nyambung. Menurutnya, chemistry adalah chem is try, hidup ini penuh cobaan dan penuh coba-coba. Selain itu dia juga mengatakan beKaos. BeKaos I Love It (halaman 33).
Karena chemistry yang dia dapatkan dengan menjual kaos plesetan, Adaideaja, Tbk (Tukang Bikin Kaos) sebagai perusahaan PKP (Perusahaan Kaos Plesetan) semakin besar (halaman 66). Ada dua macam brand yang diunggulkan di pasaran yaitu, pertama KaosTomatTM (untuk dewasa) yang sejarahnya plesetan dari Saos Tomat. Tujuan utamanya agar tak terlupakan seperti tak lupa memberi saos tomat ketika makan bakso. Kedua, PapanandaTM yang awalnya dibuat untuk kaos keluarga: papa, mama dan ananda. Tetapi, pada akhirnya kombinasi tersebut dikhususkan untuk anak balita saja (halaman 71-72).
Buku ini tak hanya menceritakan bagaimana awal Wahyu membangun usaha kaos plesetannya, kemudian makin lama makin berkembang dan besar. Tetapi juga menyisipkan berbagai tips dan trik berbisnis itu sendiri. Pada bab awal Wahyu mencoba menjelaskan apa itu bisnis kaos plesetan. Dari peluang, motif kaos yang ada, Keep Less Sad (Kepleset) jangan putus asa dan sedih, dan jurus kombinasi visual dengan kata-kata dalam diskomvis.
Wahyu yang sangat jago mencari ide konyol dan plesetan juga membongkar rahasianya dalam buku ini. Biasanya dia mendapatkan ide saat makan, saat berkendaraan, saat ngelayap  (jalan-jalan), saat macet, dan ketika membaca. Selain itu dia juga menyarankan untuk memotivasi diri ketika ide tak kunjung datang (halaman 38-46).
Pembaca juga akan mendapatkan sub bab Plesetanologi. Bab ini menjelaskan tentang aturan plesetan yang berawal dari Keep Less Sad yang berarti jangan sampai sedih. Ada pula berbagai macam kategori plesetan, seperti plesetan dengan persamaan bunyi, plesetan dalam bahasa tulis, plesetan dalam ucapan verbal dan bahasa tulis, plesetan dengan membolak-balikkan kata, dan plesetan dengan menguraikan kata. Untuk memudahkan Wahyu juga memberi contoh plesetan dalam tiap kategori (halaman 50-53).
Dia juga menjabarkan bagaimana produksi desain kaos yang bagus itu, mulai alur proofing desain, proofing kaos, dan tahap produksi. Begitu juga bagaimana proses penyablonan kaos sampai pada packaging atau pengemasan kaos.
Dalam bab Manajemen Bisnis, Wahyu memaparkan bagaimana susunan pengurus budidaya kaos plesetan, pengelolaan perputaran barang dan perencanaan cetak desain baru atau cetak lama. Selain itu juga ada sub bab Markethink, yang membahas bagaimana memenej marketing sebuah bisnis. Dalam hal ini ada dua yang penting, yaitu: promosi dan distribusi.
Brand menjadi suatu yang utama bagaimana dikenal dan dihapal calon pembeli (masyarakat). Caranya yakni dengan promosi melalui berbagai macam cara dan tempat. Bisa melalui media massa cetak dan elektronik, begitu dengan media sosial seperti facebook, twitter, dan website/ blog.
Wahyu juga menyarankan,  jika ingin menjadi pengusaha sukses berkomunitaslah. Wahyu sendiri aktif dalam komunitas TDA (Tangan Di Atas) dan sekarang menjabat sebagai pengurus bidang Mastermind. 
Maka, dengan kekonyolan dan plesetan yang begitu menghibur sekaligus menebar inspirasi dan ide. Buku ini layak Sobat baca, sebagai pengobar api semangat menaklukkan kerajaan demi kejayaan bisnis di masa depan. Dan jadilah pengusaha emperan berpenghasilan milyaran seperti Wahyu! [Muhammad Rasyid Ridho*]

  
*Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM

Selasa, 11 Desember 2012

Stok Buku Non Fiksidi Lapak I-Spirit Olshop Edisi Desember 2012 (Akhir Tahun Murah Meriah)

Abdullah Haidir-Hadits Arba'in, harga asli 29.500 menjadi 22.000 (hemat 7.500), stok satu, bersegel.

Ahmad Gozali-Aisyah & Ma’isyah, harga asli 37.900 menjadi 25.900 (hemat 12.000), stok dua, bersegel.

Amanda Ratih Pratiwi-Ngekos Yuk!, harga asli 32.000 menjadi 22.000 (hemat 10.000) stok satu, bersegel.

Carla Stevens-Buku Hatiku, harga asli 23.400 menjadi 17.000 (hemat 6.400), stok satu, bersegel.

DR. Muhammad Abu Fath Al Bayanun-Fiqih Dakwah, harga asli 27.500 menjadi 22.500 (hemat 5.000), stok satu bersegel.

Dwi Suwiknyo-3 kunci Lepas Subsidi (Langkah-Langkah Menjadi Pribadi Mandiri), harga asli 29.000 menjadi 20.000 (hemat 9.000), stok satu, bersegel.

Fathi Yakan-Persaksikan Aku Muslim Militan, harga asli 27.000 menjadi 20.000 (hemat 7.000), stok satu, bersegel.

HM Nasruddin Ashoriy Ch-Matahari Pembaruan (Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan), harga asli 33.000 menjadi 25.000 (hemat 8.000), stok satu, bersegel.

Kun Sri Budiasih-Berani Nolak TV?!, harga asli 22.00 menjadi 15.000 (hemat 7.000), stok satu, bersegel.

Nur Faizin Muhith LC. MA-Perempuan Ditindas Atau Dimuliakan?, harga asli 23.460 menjadi 18.700 (hemat 4760), stok satu, bersegel.

Muhammad Ikhlas Thamrin-Densus 88 Undercover, harga asli 28.000 menjadi 20.000 (hemat 8.000), stok satu, bersegel.

M. Izza Ahsin-Dunia Tanpa Sekolah, harga asli 51.870 menjadi 30.000 (hemat 21870), stok satu bersegel.

Muhammad Nabil Kadzim-Get Samara With Nikah, harga asli 25.000 menjadi 20.000 (hemat 20.000), stok satu bersegel.

Silvia Galikano-Bukan Jelajah Biasa, harga asli 39.780 menjadi 29.800 (hemat 9980), stok satu bersegel.

Bagi sahabat yang berminat silakan sms ke no 087857574521 yaa :)

Stok Buku Fiksi/ Sastra di Lapak I-Spirit Olshop Edisi Desember 2012


Afifah Afra-De Winst (Buku Pertama Tetralogi De Winst), harga asli 44.000 menjadi 35.000 (hemat 9000), stok satu, bersegel.

Afifah Afra-De Liefde (Buku Kedua Tetralogi De Winst), harga asli 50.000 menjadi 40.000 (hemat 10.000), stok satu, bersegel.

Afifah Afra-Icang Love Story, harga asli 19.000 menjadi 12.500 (hemat 6.500), stok satu, bersegel.

Agus Noor-Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, harga asli 40.000 menjadi 30.000 (hemat 10.000), stok satu, bersegel.

Akademi Kebudayaan Yogyakarta (Pemenang Menulis Cerpen Nasional AKY 2005)-Sang kecoak, harga asli 25.000 menjadi 20.000 (hemat 5000), stok dua, bersegel.

Ari Nur-Dilatasi Memori, harga asli 39.000 menjadi 29.700 (hemat 9.300), stok satu, bersegel.

Bahril Hidayat-Datuk Hitam (Nominasi Penulis Muda Berbakat Khatulistiwa Literary Award 2007), harga asli 32.500 menjadi 22.500 (hemat 10.000), stok dua, bersegel.

Damhuri Muhammad-Juru Masak, harga asli 30.000 menjadi 24.000 (hemat 6.000), stok dua, bersegel.

Ifa avianty-Alena, harga asli 42.900 menjadi 30.000 (hemat 12.900), stok satu, bersegel.

Ifa Avianty-Janji Matahari, harga asli 26.500 menjadi 19.500 (hemat 7.000), stok satu, bersegel.

Khaled Hosseini-The Kite Runner, harga asli 69.000 menjadi 47.800 (hemat 21.200), stok satu, bersegel.

M. Aan Mansur-Perempuan Rumah Kenangan, harga asli 30.000 menjadi 25.000 (hemat 5.000). Stok 1, bersegel.

Puthut EA-Deleilah Tak Ingin Pulang Dari Pesta (Naskah Drama), harga asli 35.000 menjadi 25.000 (hemat 10.000). Stok 2, bersegel.

Puthut EA-Seekor Bebek Mati di Pinggir Kali (Kumcer), harga asli 45.000 menjadi 30.000 (hemat 15.000). Stok terbatas, bersegel.

Raudal Tanjung Banua-Ziarah Bagi Yang Hidup,harga 20.000. bersegel.

Santri dan Alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso-Kata-Kata Pun Bersujud (antologi puisi) harga asli 45.000 diskon 10.000 jadi 35.000

Sakti Wibowo, Muhammad Rasyid Ridho, dkk-Pengantin-Pengantin Al-Quds (Kumcer Palestina) harga asli 30.000 diskon 10% menjadi 27.000

Seno Gumira Ajidarma-Kentut Kosmopolitan, harga asli 49.000 menjadi39.000 (hemat 10.000). bersegel.

 

Jumat, 07 Desember 2012

Buku Baru Di Lapak Saya Nih! :)




Ngekos Yuk! Karya Amanda Ratih Pratiwi harga asli 32.000 diskon 10.000 jadi 22.000

Aisyah & Ma’isyah Karya Ahmad Gozali harga asli 37.900 diskon 12.000 jadi 25.900

Matahari Pembaharuan (Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan) karya HM Nasruddin Ashoriy Ch harga asli 33.000 diskon 8.000 jadi 25.000

Datuk Hitam (Nominasi Penulis Muda Berbakat Khatulistiwa Literary Award 2007) karya Bahril Hidayat harga asli 32.500 diskon 10.000 jadi 22.500

3 kunci Lepas Subsidi (Langkah-Langkah Menjadi Pribadi Mandiri) karya Dwi Suwiknyo harga asli 29.000 diskon 9.000 jadi 20.000

Juru Masak karya Damhuri Muhammad harga asli 30.000 diskon 6.000 jadi 24.000.

Kata-Kata Pun Bersujud (antologi puisi) karya Santri dan Alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso harga asli 45.000 diskon 10.000 jadi 35.000

Pengantin-Pengantin Al-Quds (Kumcer Palestina) karya Sakti Wibowo, Muhammad Rasyid Ridho, dkk harga asli 30.000 diskon 10% menjadi 27.000

#semua buku masih baru dan bersegel, bagi sahabat pecinta buku yang berminat silakan sms ke 087857574521, terima kasih! :)

Minggu, 02 Desember 2012

Menjadi Satpol Teroris Part I



            Satu pesan masuk ke hpku.
            “Dho, jam 11 kita berangkat ya” sms dari SCNDV@KakRajabH.
            “Iya kak, tapi saya masih kuliah kak, tunggu ya..” balasku.
            Walau berada di laboratorium  Ilmu Komunikasi, aku tetap bisa membalas sms kak Rajab. Selain memang mata kuliahnya adalah praktik dan agak santai (hihi, jangan ditiru yak!). Untung saja Pak Nasrullah pengampu materi Deep News praktik jurnalistik tidak suka marah :D Memang pikiranku kali itu bercabang dua, antara memperhatikan materi sekaligus mengerjakan tugasnya ditambah perihal penjemputan Bunda Pipiet Senja.
“Iya Dho, tunggu depan kampus ya”
          “Sepeda taruh mana kak?”
          “Kampus aja, insya Allah aman”
          “Kalo sampe malem, saya pulang aja dulu, nanti dari kontrakan aja berangkatnya kak”
          “Oke, Dho”
            Alhamdulillah, karena sudah deal kesepakatannya otomatis smsannya juga berhenti. Lega. :D
Selang beberapa menit setelah tugasku selesai. Ada sms dari FLP@TehPipiet.
            “Naaak. Nanti ketemunya di Hotel Pelangi 2 di Jalan Dinoyo sekitar jam 2.30 yaa”
            “Iya bunda, jadi nggak usah jemput Bunda?”
            “Gak usah, nak”
            Aku segera menghubungi Kak Rajab.
            “Kak, kata Bunda Pipiet nanti dijemput di Hotel Pelangi 2 di Dinoyo aja”
            “Oke, Dho” balas Kak Rajab.
            Deal. Selesai. Dan hpku mati di saat yang tepat. Error dan dropnya kambuh (minta di “lem biru” kali ya?hehe :D)
            Praktik selesai, diakhiri dengan penugasan membuat Deep News. Dengan kepala agak puyeng, aku segera melangkahkan kaki ke parkiran sepeda motor. Pulang ke kontrakan. Mengambil charger hp Nokia Adym dan kupasang hpku (ketahuan nggak punya charger :D) dan segera kunyalakan.
            Ada sms dari Kak Rajab lagi.
            “Dho, nanti tunggu di depan gang ya, turun masjid saya berangkat dari sini”
          “Iya kak”
          Sebenarnya aku masih bingung gang mana nih aku. Karena ada dua gang di kontrakanku. Gang di depan jalan biasa dan gang menuju jalan raya. Ah, nanti sajalah. Kulihat jarum jam sudah menunjuk angka 11, aku harus mandi dan berangkat shalat jum’at ke masjid.
            ***
            Turun dari masjid. Aku langsung meluncurkan sepeda motor ke depan masjid yang menjual lalapan. Perut sejak tadi sudah melakukan koor indahnya, jadi aku harus segera mengisinya. Aku pesan satu dibungkus nasi kuning dan lalapan ayam krispi.
            Sampai selesai makan di Prisma (sambil Fb-an juga di PC Prisma yang bermodem,hehe). Aku ngerasa ada yang aneh kak Rajab belum sms juga. Lalu, kulayangkan sms ke SCNDV@KakRajabH.
            “Kak, jadi jam berapa berangkat dari Batu?”
            Setelah itu ada banyak sms yang berkucuran derasnya dari no yang ku sms barusan, sampai tak muat karena kepenuhan.
            “Dho, ayo kita sudah di gang depan”
          “Dho, di mana?”
          “Dho, ayo kita harus jemput ke Bandara”
          “Dho?”
            Belum sempat aku membalas, sebuah telpon masuk dari nama yang sama dengan pengirim sms.
            “Dho di mana? Ayo Berangkat, saya di depan sejak tadi”
          “Lho? Tunggu kak saya jalan..” jawabku.
          “Prisma mana? Minta anter dia aja”
          “Nggak ada kak, saya sendirian di rumah”
          “Ya wes, agak cepat ya”
          “Iya kak”
            Hp mati. Dan aku segera ganti baju.
            Sampai depan pintu yang akan aku kunci, temanku prisma datang.
            “Ditunggu tuh!” kata dia.
          “Iya, sek”  
            Aku diantarnya sampai gang depan menuju sebuah mobil biru. Ada kak Rajab dan satu orang sopir yang belum aku kenal. Kami segera meluncur ke bandara sekitar pukul 12.30.
            “Dari mana Dho, di sms di telpon nggak bisa?” Tanya kak Rajab.
          “Di kontrakan aja kak, mungkin nggak ada sinyal ya, sms antum juga baru masuk kak”  
          “Oooo” Kak Rajab menganggukkan kepala.
            Aku meneruskan dengan pertanyaan.
            “Kak tadi Bunda Pipiet kan bilang kita jemput di hotel aja, kok sekarang mendadak jemput di bandara?”
          “Gini Dho, tadi waktu tak telpon: “Bu Pipiet kata Akhi Ridho kita menjemputnya di hotel saja ya?” “Iya” kata beliau. “Terus yang jemput di bandara siapa Bu?” “Katanya panitia UIN mas”  Seperti yang bingung beliau Dho. Ya sudah tak telpon panitia”
            “Saya baru ingat kalau kesepakatannya Al-Izzah jemput Bu Pipiet, ya sudah ini makanya harus segera ke sana nih”
          “hehe, mis komunikasi kak” Aku ketawa.
            “Iya, hehe. Kamu tahu bandara Dho?” tanya Kak Rajab.
            “Nggak tahu kak” Kugelenggkan kepala.
            “Kamu mi?” Tanya Kak Rajab ke sopir.
            Dia gelengkan kepala. “Nggak.”
          “Kita nggak ada yang asli Malang ya” Kak Rajab bertanya yang tak perlu jawaban, aku dan sopir ternyata bernama Fahmi itu hanya diam.
            Kak Rajab mengenalkanku pada Fahmi.
            “Ini Ridho adek kelasku di Al-Ishlah”
          “Ini baru keluar dari ISID (Institut Studi Islam Darussalam Gontor), Dho”
          “Ooo, sapa nama antum?” Aku mencoba mendekat.
            “Fahmi” jawabnya.
            “Baru lulus ISID?”
          “Iya baru, tahun ini”
          “Tahun 2008 berarti ya?”
          “Iya”
          Kemudian hening dalam mobil. Diam semua. Terutama aku yang mulai keringatan dan mual. Seperti ingin mengeluarkan apa yang aku makan tadi, roti yang di beri Kak Rajab pun kubiarkan terbungkus. Aku melihat AC mobil menyala. Sepertinya ini masalahnya. Aku nggak kuat nih. Aku coba kecilkan, ternyata sama saja. Aku cari tombol mematikannya. Ketemu. Off. Dan lega, mualku sedikit pergi. Walau masih ada terpaan AC dari depan.  
            Malang saat itu memang sedang panas-panasnya. Anggapan Malang itu dingin, saat ini mungkin bisa ditolak. Panas bak Surabaya. Mau hujan mungkin, batinku. Apalagi, saat itu mulai macet di beberapa tempat. Gerah, pasti.
            Kak  Rajab mungkin merasa ada yang aneh, mulai merasa panas sepertinya. Dia melihat tombol AC mati. Lalu dia hidupkan. On.
            “Kamu matikan AC, Dho?” tanya Kak Rajab.
            “Iya kak, gak kuat”
            “Nggak cocok jadi orang kaya kamu Dho” candanya.
            Aku hanya tersenyum. Dan kembali mencerna candaan Kak Rajab itu. Kok benar masuk ke pikiranku ya? Aku bertanya-tanya sendiri. Ah, nggak usah dipikirkan. Cocok nggaknya jadi kaya nggak hanya diliat dari itu saja. Lupakan ah. Hehe….
            “Dho ada pulsa kamu? Coba hubungi beliau mungkin sudah sampe?”
          “Nggak ada kak, cuma ada pulsa sms” ya itu saja memang punyaku.
            “Saya nggak ada pulsa juga, kamu ada Mi?
          “Ada, banyak”
          “Coba telpon Dho”
          “Hp saya mati kak”
          “Sek ini nomernya” Sambil memegang hpnya kak Rajab mencet nomor hp Bunda Pipiet.        
            Aku coba menelpon. Kupencet tombol bergambar gagang telpon. Tak ada sambungan.
            “Gak masuk kak” kataku.
            Berkali aku coba, juga nggak masuk. Akhirnya kuberikan lagi hp Fahmi ke Kak Rajab.
            Kemudian beberapa menit kemudian dicoba lagi oleh Kak Rajab.
            “Masuk ini Dho” Sambil memberikan hp padaku.
            Percakapan dimulai.
            “Bunda sudah sampai?”
          “Belum masih di pesawat mas”
          “Oh iya, ini Ridho Bunda. Kami juga masih di jalan bunda”
          “Okeh Okeh”        
            Kemudian hp mati.
            Setelah sampai Singosari. Kak Rajab walaupun masih ragu apakah benar yang di tuju, meminta Fahmi terus saja pelan-pelan sampai ada tulisan Abdul Rachman Saleh.
            “Nggak tanya dulu tah pak?” Tanya Fahmi.
            “Nggak, nggak usah, terus aja”
            Sampai belokan menuju tempat yang Kak Rajab maksud. Mobil terus berjalan. Dan akhirnya berhenti di depan warung kelontong dan Kak Rajab turun untuk bertanya. Setelah masuk, Kak Rajab menginstruksi Fahmi untuk meneruskan perjalanan.
            Sampai di sebuah persawahan, yang di pinggirnya tumbuh tumbuhan hijau sebagai pagar.
            Kayak jalan mau ke cangar, bener nggak ini yah?” Tanya Kak Rajab.
            Aku dan Fahmi diam saja.      Kemudian Fahmi berkata, ketika sampai di gerbang bertuliskan Lapangan Udara TNI Abdul Rachman Saleh.
            “Ini bukannya lapudnya TNI ya pak?” Dia ragu tempat yang kita tuju ini benar.
            “Bukan, insya Allah ini bener kok” Kak Rajab menjawab antara PD dan ragu.
            Aku hanya diam di antara pembicaraan mereka berdua. Aku hanya ikut saja ke mana mereka pergi. Karena satu, aku tak pernah ke Bandara di Malang, jelas tidak tahu mana yang benar dan salah. Kedua, aku kira tujuan ini sudah benar karena namanya sudah benar “Abdul Rachman Saleh”.
            Semakin jauh masuk, kita tak menemukan kepastian dan keyakinan kalau tempat ini bandara yang kita tuju. Tak kami (selain saya yang belum pernah ke bandara manapun) temukan pemandangan lazimnya bandara. Sampai pada suatu pertigaan dan di sana aku disuruh turun ke seorang tentara yang sedang menjaga.
            “Apa?” Sebelum aku tanya dia sudah bertanya dahulu dan sedikit ketus.
            “Bandara udara di mana ya pak?”
          “Salah tempat kalian, tadi lewat pos jaga ya”
            Kak Rajab turun juga dan menghampiri kita berdua.
            “Kalian keluar dan kembali ke blimbing”
          “Bukan di sini ya pak?” tanya Kak Rajab.
            “Umum kan? Sriwijaya kan?” tanya tentara itu.
            Dan kemudian meninggalkan kami yang masih bingung, galau. Dia menghampiri gerbang yang memakai penghalang tampar yang kemudian dia angkat tinggi-tinggi. Dua-tiga truk hitam TNI berjalan agar bisa lewat.
            “Minggir!” Dia meneriaki aku dan Kak Rajab yang berdiri di aspal, ketika salah satu truk berjalan di depan kita. Aku sudah di atas trotoar.
            “Minggir!!!” Dia membentak lebih keras lagi. Aku jengkel pada tentara itu. Sewot sekali nih, batinku. Ternyata Kak Rajab masih di pinggir jalan di atas aspal, hampir saja dia kena sentuh truk tersebut jika saja tentara itu nggak teriak dan aku memberi tahunya untuk minggir naik ke trotoar.
            Kak Rajab sudah pindah ke trotoar. Sepertinya dia juga nggak tahan jadi bulan-bulanan kemarahan tentara, dia langsung mengajakku ke mobil walau belum jelas jawaban tentara tersebut.
            “Ayo Dho!” Kita berdua kembali ke mobil.
            “Kenapa kok marah gitu?” Tanya Fahmi ketika aku dan Kak Rajab masuk mobil. Tanpa menjawab pertanyaan Fahmi, Kak Rajab memberi instruksi untuk balik arah!
            “Ayo balik arah kita salah jalan!”
            Fahmi pun langsung memutar arah dan melanjutkan perjalanan dengan agak ngebut.
            “Duh, gimana nih ya?, kita telat nih bisa-bisa ini”
            Kemudian ada 2 sms dari Bunda Pipiet di Hp Fahmi.
            “Saya di atm center”
          “Saya make baju serba ungu ya dek”
            Waduh alamat bunda Pipiet sudah sampai ini. Kami semua bingung. Aku mencoba menghubungi beliau tapi belum tersambung. Sampai di gerbang awal kami masuk, Kak Rajab turun dan bertanya di mana Bandara ke tentara yang menjaga. Setelah masuk mobil, Kak Rajab bilang kalau kita harus ke blimbing di sana tempatnya ini hanya untuk tentara. Betul berarti kata Fahmi dan memang yang kulihat di jalanan sejak tadi semua tentara berseragam, tak ada orang umumpun. Wah, memang berarti kita salah alamat. Mencari alamat Bandara Abdul Rachman Saleh, malah kita ke Lapangan Udara TNI Abdul Rachman Saleh. Dengan nama yang sama, tetapi beda fungsi. Lapangan Udara TNI untuk TNI saja. Bandara untuk umum. Akhirnya kita tahu juga perbedaannya. Katrok ya! :D
            Kak Rajab turun lagi dari mobil,  untuk bertanya ke tempat pembelian tiket. Ternyata benar, bandara tujuan kita itu tak perlu jauh sampai Singosari. Karena Cuma daerah blimbing. Mobil melaju lebih cepat dari sebelumnya, namun juga tetap hati-hati.
            Hampir setiap pertigaan menjadi penyebab jalanan macet. Kita masih harus berhenti dan antri untuk melaju ke depan. Aku mencoba menghubungi Bunda Pipiet lagi. Kita merasa tidak enak sudah setengah jam beliau menunggu di bandara. Telepon tersambung.
            “Dek kalian di mana ya?” Suara beliau terasa kelelahan. Aku mendengarnya jadi nggak enak.
            “Maaf bunda tadi kami salah bandara L
            “Wadau kacoooooooow hehehe”
            “Maaf ya bunda, lima belas menit lagi kami sampai insya Allah”
          “Iya, saya lagi minum nih”
          “Iya bunda, maaf…”
            Hp mati. Dan sampailah kami ke gerbang Bandara.
            Kita terus sampai ke depan ATM Centre dan melihat Bunda Pipiet lagi duduk  kelelahan. Ya, kelelahan selama duduk di pesawat plus kelelahan duduk menunggu jemputan kita. Ah, nggak enak sekali. Malu ke beliau.
            Aku segera turun, dan langsung berlari ke beliau. Beliau tersenyum melihatku. Aku mencium punggung tangan kanan beliau. Dan langsung membawakan barang-barang yang beliau bawa.
            “Aaaah ini telaaat ya” Kata beliau.
            Kita mengajaknya masuk mobil langsung karena gerimis juga. Dan mobil langsung meluncur kea rah tujuan, Al-Izzah Batu.
            “Ketahuan kalian nggak tahu bandara ya” tersenyum, beliau pada kita bertiga.
            #Bersambung