Pernah dimuat di Wasathon.com 23/11/12, klik!
Judul : Rose
Penulis : Sinta Yudisia
Editor : Mastris Radyamas
Penerbit : Afra Publishing, Solo.
Tahun Terbit : Juni, 2012
Jumlah Halaman : 320 halaman
ISBN : 978-602-8277-46-4
Peresensi : Muhammad Rasyid Ridho,
Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota
Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.
Mawar tokoh utama dalam novel ini
terlahir dari keluarga sederhana. Empat bersaudara semua perempuan, dua kakak
dan satu adik. Ayahnya telah meninggal dan meninggalkan gaji pensiunan yang tak
seberapa bagi keluarga. Sedangkan ibunya kerja tak tentu untuk menghidupi
keempat anak perempuannya.
Namun ibunya sering sakit-sakitan,
akhirnya Dahlia si ragil kakak bagi ketiga adiknya harus merelakan
meningggalkan kuliah demi meneruskan hidup dengan bekerja menghidupi keluarga,
yang tak lain ibu dan adik-adiknya (halaman 28)
Anak kedua, kakak pas di atas Mawar
bernama Cempaka. Anak bu Kusuma satu ini paling cantik dari lainnya. Dia sangat
menyayangi dan mengagumi ayahnya. Selepas ayahnya tiada. Dia bingung mencari di
mana lagi sosok lelaki yang bisa ia dapatkan di dalam keluarga. Akhirnya dia
mendapatkan hal itu di teman laki-lakinya. Ia bahkan dengan santai menerima
teman laki-lakinya di rumahnya sampai jam malam. Karena dia merasa dengan itu
dia mendapatkan sosok ayahnya kembali (halaman 29-30).
Mawar sebagai anak ketiga, lebih
menjadi lelaki dari sikapnya menjadi anggota pecinta alam dan tomboy mungkin karena ayahnya ingin anak
lelaki. Sayangnya, keinginan cuma jadi keinginan. Keempat anaknya adalah
perempuan. Selain tomboy Mawar juga pemberontak dan sangat benci dengan
kakaknya yang selalu membawa lelaki ke rumahnya, tak lain dia Cempaka (halaman
31).
Si bungsu adalah Melati. Dengan usianya
yang masih remaja, tentu dia masih dalam tahap mencari jati diri. Kadang ada
keinginannya seperti anak orang kaya seusianya, yang bisa membeli baju bagus
seenaknya, bisa datang ke pesta dan pokoknya bebas. Namun, ternyata dia
menemukan kesadaran, bahwa apa yang dia pikirkan itu tak benar. Seharusnya, dia
memikirkan mama yang sakit-sakitan, mbak Dahlia yang berhenti kuliah agar bisa
menghidupi mama dan adik-adiknya. Melati jadi tersadarkan dan memilih untuk
menjadi anak yang taat pada mamanya.
Konflik dalam novel ini dimulai dari
pergaulan Cempaka yang semakin tak jelas hingga Cempaka hamil di luar
nikah. Tentu hal ini membuat Bu Kusuma
shock dan membuatnya sakit. Untuk biaya pengobatan akhirnya mereka sepakat menjual
rumah dan pindah di tempat lain.
Mawar dan Cempaka yang dulunya
sering bertengkar. Di titik ini akhirnya Mawar menjadi lebih lunak dan semakin
sayang pada kakaknya itu. Cempaka dibawanya ke sebuah pondok pesantren untuk
menampungnya. Cempaka berada di sana sampai melahirkan. Dia tidak mau
menganggap anak yang telah dia lahirkan, akhirnya sebagai adik dan sayang pada
ponakannya Mawar pun menjadi ibu bagi anak Cempaka, Yasmin.
Cempaka melanjutkan hidup dan
karirnya, dia menjadi penyiar radio di Jakarta dan mendapatkan suami di sana,
Andi. Dahlia pun menikah dan hidup satu rumah dengan suaminya. Maka,
kesejahteraan keluarga ada di pundak
Mawar sebagai anak tertua di rumahnya. Dia memutuskan cuti untuk mengasuh
Yasmin dan bisnis memelihara ayam.
Mawar pun rela ketika Melati adiknya
yang kuliah di kedokteran mendapatkan lamaran dari lelaki shalih. Tanpa
keberatan ia didahului oleh adiknya. Dia sendiri berpikir mana ada orang mau
dengannya yang kuliah belum selesai dan tiba-tiba sudah punya anak. Namun, dia
tetap sabar. Dia tetap ikhlas walau menjadi pengorban bagi kebaikan
keluarganya.
Membetulkan resensi buku ini di
Harian Analisa oleh Nurul Fauziah yang menyebutkan ibu keempat anak ini dengan
Bu Kesuma. Yang benar adalah Bu Kusuma. Sinta Yudisia sebagai penulis memang
bukan penulis biasa yang baru menelurkan karya satu dua. Dengan karyanya yang
banyak dan best seller, Rose menjadi salah satu karyanya yang menurut saya
lebih dekat keadaannya dengan pembaca. Sebagaimana kita ketahui masalah
keluarga, hamil di luar nikah adalah hal yang sering kita dengar dari media
massa. Dengan apiknya Sinta menangkap masalah-masalah tersebut menjadi tema
novel ini.
Walhasil, buku ini memberikan
pelajaran kehidupan yang sangat, tanpa ada kesan menggurui. Dengan cerita yang
mengalir dan membuat penasaran pembaca. Satu hal lagi yang sering dijumpai
dalam karya-karya Sinta Yudisia yakni, pembelaannya pada perjuangan pejuang
Palestina. Dalam novel ini bisa kita lihat di halaman 163.
Lalu bagaimana kelanjutan kisah
Mawar dan keluarga? Apakah Mawar berjodoh dengan Rasyid yang sempat dia kagumi?
Jawabannya, ada di dalam novel ini selamat membaca!