Selasa, 12 Februari 2013

(02-Reportase 2013-8 Februari Harian Surya) Refreshing Asyik Ala Anak Pesantren


Terkadang orang yang belum tahu bagaimana pondok itu selalu memandang kolot dan ndeso. Padahal tidak semua begitu dan judge itu belum tentu kebenarannya. Kegiatan yang ada di pesantren memang beda dengan kegiatan di lembaga pendidikan pada umumnya. Dari pembelajaran yang mengharuskan santri berdiam diri di asrama pesantren termasuk kegiatan yang telah ada aturannya sejak bangun tidur sampai waktu tidur.
                Begitu pula bagaimana pelaksanaan pelaksanaan ujian formal untuk santri berbeda. Setelah menjalani dua ujian yaitu secara lisan dan tulis di semester pertama ini, tidak ada libur perpulangan bagi santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso. Namun, sebagai refreshing diadakanlah lomba oleh Organisasi Santri Pondok Pesantren Al-Ishlah (Silah) Bondowoso yang mereka sebut ‘Silah Cup’. 

Acara ini diadakan selama seminggu. Dibuka malam kamis 30 Januari 2013 dan ditutup pada malam kamis berikutnya pada tanggal 7 Januari 2013. Selama hari kamis dan jum’at perlombaan dimulai sejak pagi, sedangkan sejak sabtu sampai hari terakhir lomba ini hanya diadakan sejak sore hari dan malam dikarenakan sudah dimulainya kegiatan belajar mengajar formal.
                Ketua pelaksana ‘Silah Cup’ Abdul Aziz muslim mengatakan, “Tema Silah Cup kali ini ‘The Sport, Create, Healty and Smart Boy.’ Lomba ini diikuti oleh sekitar seratus tiga puluh orang santri, yang terdiri dari kelas 1-4 dan takhasus (kelas percobaan) Kulliyatul Muballighien Al-Islamiyah (KMI) Pondok Pesantren Al-Ishlah  Bondowoso. Jadi perlombaan ini antar kelas  yang saling bersaingan. Silah Cup selama seminggu ini ada dua puluh dua lomba yang menarik.”
                “Semua itu tujuannya, supaya santri lebih pintar dalam berkreatifitas serta mengembangkan bakat santri yang terpendam,” tambah santri kelas 5 KMI yang juga menjadi pengurus Silah ini. Yuslianto ketua Silah 2012-2013 juga menambahkan, “Acara ini juga untuk refreshing santri setelah selama sebulan santri menjalani imtihan (ujian).”
                Lomba-lombanya pun beragam nan unik, dari yang bersifat individual sampai yang bersifat kekompakan kelas. Dari lomba yang bersifat olahraga sampai yang bersifat seni. Diantaranya, lomba dance ball (futsal plus joget), egrang estafet, lari nada, lari bakiak,  MTQ, catur, cerdas cermat, ta’aruf detective, menulis mufrodat (kosakata bahasa arab maupun inggris).


Nantinya panitia akan memilih score  terbanyak dari tiap lomba dan diambil tiga juara dan juara umum. Begitulah para santri, bukannya menikmati liburan dengan berleha-leha. Namun, dengan berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.



Minggu, 03 Februari 2013

(04-Resensi Buku 2013-Wawasanews.com 2 Februari 2013) Cinta Berbatas Waktu


Judul                  : Kira
Penulis               : Dhian Gowinda
Penerbit             : Bentang Belia
Tahun Terbit       : Juli, 2012
Jumlah Halaman  : 152 Hal
ISBN                  : 978-602-9397-33-8
Peresensi           :  Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom Universitas Muhammadiyah Malang dan bergiat di Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM
dimuat di Wawasanews.com 2 Februari 2013, klik! 

Rangga, tokoh utama dalam prolognya sedang membaca sebuah diary yang istimewa baginya. Istimewa karena pemilik diary itu pacarnya, Kira. Kira suka bintang-bintang yang bertebangan di langit, kopi, gerimis, dan juga Korea addict. SHINee termasuk salah satuboyband yang diidolakannya (hlm. 6).
Diceritakan, Rangga menyukai Kira, biasanya dia memanggil Kira dengan panggilan Kira-Kira. Dia mengejar-ngejarnya sebab Kira selalu menolak permintaan Rangga untuk menjadikannya pacar. Ya, Kira tak suka Rangga.

Namun Rangga yang cinta mati pada Kira tak putus asa. Mozza, sahabat Kira yang juga dekat dengan Rangga, dimintai tolong. Rangga menanyakan segala hal yang berkaitan dengan Kira.

Setelah tahu Kira sangat menyukai Lupus, Rangga mengubah gaya rambutnya dengan gaya Lupus. Walaupun diejek teman-temannya soal rambut karena bukan zamannya, dia cuek. Tak terkecuali ketika Kira tak menggubris potongan rambut Rangga. Dia terus berjuang mendapatkan cintanya.

Usaha lainnya ialah mencoba memberikan sesuatu yang Kira sukai. Kali ini dia memberi kado yang berisi DVD film-film Korea. Dengan berat hati walaupun Kira menginginkan film-film yang Rangga beri, demi harga diri yang dia jaga, maka dikembalikanlah kado berisi film-film Korea tersebut oleh Kira (14-15).

Singkat cerita, Kira meninggal dunia saat sepeda motor yang mereka berdua naiki menabrak sebuah truk. Sedikit klise memang kisahnya. Rangga sulit melepas Kira, walau kenyataannya Kira sudah tiada di dunia. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi tempat di mana Kira ingin menginjakkan kakinya yang sampai dia meninggal belum kesampaian: Korea.

Dhian Gowinda sebagai penulis novel teenlit ini sudah cukup bagus di usianya yang masih muda. Walau mengangkat tema yang banyak orang tulis, namun saya kira Dhian mampu membawa pembaca novelnya untuk mengikuti kisah sampai akhir. Terus berkarya Dhian di usiamu yang masih panjang. Dan untuk pembaca, selamat menikmati!

(03-Resensi Buku 2013-Wasathon.com 21 - 01 - 2013 Januari) Panduan Menjadi Santri Berprestasi


Judul                        : Goes To Pesantren
                                 (Panduan Lengkap Sukses Belajar di Pesantren)
Penulis                      : M. Dzanuryadi
Penerbit                     : Lingkar Pena Publishing House
Tahun Terbit                : Juli, 2011
Jumlah Halaman         : 258 halaman
ISBN                          :  978602885163-3

Image Pondok Pesantren akhir-akhir ini semakin tak baik saja. Tuduhan terhadap Pesantren sebagai sarang teroris semakin menjadi-jadi. Padahal, tuduhan khususnya dari densus 88 itu tak ada bukti kebenarannya. Lebih sering dikatakan terduga setelah dianiaya bahkan sampai terbunuh ternyata salah tangkap, dan dilepas tanpa ada rasa bersalah dan tanpa ada permintaan maaf.

Buku M. Dzanuryadi ini dimulai dengan asal usul Pondok Pesantren. Kata pesantren berasal dari kata santri dengan imbuhan pe-an. Yang mana kata santri berarti murid dalam bahasa Jawa. Karenanya, memang pesantren itu tak bisa dipisahkan dari kata santri. Ada yang mengatakan pula kata pesantren itu berasal dari India.

Ada juga yang mengatakan, pesantren itu berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Sedangkan kata santri sendiri berasal dari kata cantrik (Sansekerta atau Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Profesor Zamakhsari mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Tapi ada juga yang menganggap kata santri itu sebenarnya gabungan kata saint  (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik (halaman 9).

Dari kesemua arti santri dan pesantren di atas, semua memaknakan dengan kebaikan. Itu baru maknanya, belum dilihat bagaimana di dalamnya. Di dalamnya pun sesuai dengan makna yang baik tersebut. Tak pernah ada cerita sebuah pondok pesantren mengajari santrinya untuk berbuat kekerasan atau membuat bom. Semua tuduhan itu tak ada buktinya.

Karena buku yang ditulis oleh mantan santri ini adalah buku panduan. Maka, setelah arti santri dan pesantren, ada tulisan tentang jenis pesantren, unsur-unsur pesantren sampai metode pengajarannya. Ada dua jenis pesantren, pertama salafi dan kedua modern.

Buku ini pula memberikan gambaran bagaimana peraturan di pesantren itu. Karena, dengan mengetahui peraturan di pesantren, pembaca yang ingin masuk pesantren sudah menyiapkan mental dan diri terhadap peraturan yang ada dalam pondok pesantren yang di pilihnya.

Peraturan itu terdiri dari yang harus dilakukan dan yang dilarang dilakukan. Contoh yang wajib dilakukan adalah mengikuti kegiatan sebagai santri misal shalat lima waktu berjama’ah dan mengaji, sedangkan larangannya misal membawa hp atau keluar kompleks pondok tanpa izin. Karena ada peraturan maka ada pula namanya hukuman bagi yang melanggar peraturan. Misal, ketika santri tidak mengikuti shalat berjama’ah maka dikenakan hukuman membersihkan kamar mandi umum santri. Peraturan dan hukuman itu ada bukan untuk mengekang santri, tapi untuk kebaikan santri yaitu agar disiplin.

Tak hanya itu buku ini pun dilengkapi dengan persayaratan masuk pesantren. Jika pembaca ingin masuk pesantren salafi maka syarat dan biayanya tak sebanyak jika ingin masuk pesantren modern. Yang jelas tiap pesantren memiliki kebijakan yang berbeda. Silakan dipersiapkan mencari tahu persiapan masuk pesantren sejak awal Januari agar termudahkan.

Sebagai pelengkap yang cukup ampuh sebagai bukti menjadi santri itu enak dan bukan menjadi teroris setiap awal bagian buku ini disajikan kisah-kisah nyata seorang santri. Salah satunya kisah nyata Nusaibah Az Zahra yang menjadi santriwati di Ponpes Asy-Syifa Al-Khoeriyah, Subang. Dia menceritakan kisah bersama teman-temannya saat membuat mie instan di baskom besar. Setelah jadi, tangan-tangan mereka langsung masuk ke baskom saling berebut, menghabiskan tanpa sisa mie instan tersebut. Namun, setelah habis mereka saling tunjuk siapa yang akan mencuci baskom yang kotor itu.

Alhamdulillah ada salah satu santriwati yang baik hati rela untuk mencuci baskom tersebut. Menurut Nusaibah, keadaan bersama teman-temannya tersebut takkan terlupakan. Begitu indahnya ukhuwah saling canda tawa dan merasakan sedih  bersama. Dan itu hanya di dapatkan dalam pesantren saja (halaman 135-138).

Saya kira buku panduan ini tak hanya wajib dibaca  paramuda yang ingin tahu bagaimana pesantren itu, tetapi juga orang tua pun wajib membaca buku ini agar tahu tentang seluk beluk pesantren dan menjadikan pesantren sebagai alternatif pendidikan masa depan anak-anaknya. Karena buku ini cukup lengkap ditambah lagi diberi info alamat sekitar 80 pesantren di Indonesia dari empat belas ribu lima ratus ribuan lebih pondok pesantren yang tersebar di Indonesia. Maka, pembaca buku ini baik calon santri atau orang tua wali santri bisa segera dipilih mana yang cocok dan disukai. Wal akhir, selamat menjadi santri! [Muhammad Rasyid Ridho/Wasathon.com]

http://wasathon.com/resensi-buku/read/panduan_menjadi_santri_berprestasi/

(02-Resensi Buku 2013-Dakwatuna.com 21/01/13 | 08 Rabbi al-Awwal 1434 H Januari) Menguak Fenomena Ayat-Ayat Kauniyah


Judul Buku: Ensiklopedia Fenomena Alam Dalam Al-Quran
Penulis: Muh. Ma’rufin Sudibyo
Penerbit: Tinta Medina, Solo
Cetakan: Pertama, Maret 2012
Tebal: 466 Halaman

Dalam Surat At-Taghabun ayat pertama Allah menjelaskan pada manusia, bahwa apa yang ada di muka bumi ini senantiasa bertasbih kepada-Nya, karena semua kerajaan adalah milik-Nya, maka segala puji pun hanya bagi-Nya. Dan Allah pun menyatakan DiriNya Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Maka, apa yang terjadi di muka bumi ini adalah atas kuasa-Nya. Tak ada kejadian dan fenomena yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini kecuali karena Allah yang berkehendak. Misal gunung meletus, yang akan mematikan banyak hewan serta manusia. Itu menandakan bahwasanya dunia ini tidak kekal dan hanya Allahlah yang kekal dan mampu berbuat apa yang Dia inginkan. Hanya dengan Kun! Fayakun. (Jadilah! maka terjadilah) begitu redaksinya dalam Al-Qur’an.

Buku karya Alumni Fakultas Teknik UGM, ini berusaha menguak rahasia ayat-ayat kauniyah yang kemudian diserasikan dengan ayat-ayat qauliyah. Penulis menghimpun dan menganalisis fenomena-fenomena alam semesta dikombinasikan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Ditambah lagi dengan kesaksian para ilmuwan baik dari barat atau timur, yang akan semakin menguatkan argument tentang keMahaBesaran Allah yang tak terbantahkan.

Buku ini terdiri dari 11 Bab. Bab Pertama menjelaskan tentang Benua. Bab kedua tentang Samudra. Bab ketiga tentang Udara. Bab keempat tentang Gempa Bumi. Bab kelima tentang Gunung Meletus. Bab keenam tentang Matahari. Bab ketujuh tentang Bulan. Bab kedelapan tentang Bintang Kembara. Bab kesembilan tentang Bintang Berekor. Bab kesepuluh tentang Bintang Jatuh dan bab terakhir membahas tentang Bintang.

Penulis mempunyai keinginan, buku ini menjadi salah satu buku yang mengisi kekosongan karya ilmiah atau buku yang menghiasi jagad keilmuan, dari ilmuwan muslim yang saat ini sangat jarang ditemukan. Yang membedakan adalah buku ini pun menyandingkan kitab suci umat Islam sebagai penguat, bahwa A-Qur’an itu benar-benar Kalamullah dan Allah adalah pencipta alam semesta ini.

Teruntuk pembaca, harapannya semoga buku ini menambah ilmu dan semakin menguatkan keimanan sebagai muslim yang taat. Buku ini layak Anda baca, guna meningkatkan keimanan kita, semoga!


Dimuat di dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2013/01/27017/ensiklopedia-fenomena-alam-dalam-al-quran/#ixzz2ItjP9BpF

(01-Resensi Buku 2013-Majalah Sabili Edisi Januari) ODHA Bukan Sampah Masyarakat


Judul : My Daddy ODHA
Penulis : Dy Lunaly
Penerbit : Bentang Belia
Tahun Terbit : Juli, 2012
Jumlah Halaman : 138 Hal
ISBN : 978-602-9397-32-1 















Di mata masyarakat, penderita HIV AIDS (ODHA) selalu berkonotasi negatif. Mereka dianggap sampah yang tidak berguna. Padahal tidak semua seorang ODHA orang yang suka ‘jajan’ atau pemakai narkoba. Bisa jadi, ia tertular karena kekhilafan seorang dokter yang lupa mengganti jarum suntik atau karena dia hidup di lingkungan para ODHA.

Seharusnya seorang ODHA masih bisa diterima di masyarakat luas agar hidup yang tersisa sedikit saja bisa dilalui dengan senyum tanpa putus asa. Apatah lagi, penderita ODHA yang tertular tanpa kesalahan dan kesengajaan pun harus diterima sebagai bagian dari masyarakat. Namun, sayangnya  hampir tidak ada masyarakat yang memiliki respon positif terhadap mereka. Penderita ODHA jadi sasaran cercaan, caci maki, dan cemoohan tanpa henti. Tak terkecuali kepada orang terdekat penderita, suami atau istri dan anak pun jadi korban siksaan psikis akibat ejekan sebagian masyarakat.

Dalam novel karya Dy Lunaly yang berjudul My Daddy ODHA, akan Anda dapatkan kisah ketegaran  seorang anak perempuan seorang ODHA. Anastasia Kharzkov, perempuan yang masih menjadi siswi SMA adalah tokoh utama dalam novel ini. Papanya yang seorang Russian meninggal karena menderita HIV AIDS. Bukan karena  lelaki ‘mata keranjang’, tetapi penyakit menggerogoti tubuh saat bertugas di Afrika. Saat harus menerima suntikan dokter yang terpaksa tidak steril. Akhirnya, Papanya positif sebagai penyandang ODHA.
Sejak SMP, Tasia selalu menjadi korban ejekan teman-teman sekolahnya. Untung saja, masih ada  sahabat karibnya, Rani dan mamanya yang selalu memberinya kekuatan. Lulus SMP dan masuk SMA, Tasia dan Rani bagai tak bisa terpisahkan. Mereka berdua tetap setia dalam persahabatan dan masuk di sekolah yang sama.
Namun, ujian demi ujian tak henti menghantam hidup Tasia. Andre Pratama, kakak kelas sekaligus pacarnya, meminta putus dan ternyata setelah itu memacari Rani. Andre beralasan, Tasia tetap kuat walaupun sendiri sedangkan Rani tidak. Karenanya, Andre memutus Tasia dan memacari Rani (18-19).

Bagaimana pun tentu Tasia tak rela bila sekonyong-konyong Andre memutus hubungan dengannya dan memacari sahabatnya sendiri. Ya, walaupun Rani sahabatnya sendiri, pasti Tasia merasa mangkel dan cemburu. Namun, itu tak berlangsung lama dan mereka bertiga kembali akrab seperti biasanya.
Tak berhenti di situ, suatu ketika ada beberapa orang yang iri dan tak suka dengan Tasia akhirnya tahu kalau Papa Tasia seorang ODHA. Akhirnya, inilah yang akan mereka jadikan senjata untuk menusuk-nusuk psikis Tasia. Hal yang hampir sama ketika dia SMP.

Atas provokasi kakak kelas Tasia, Alexandra the gank dan teman sekelasnya Ariana semua warga sekolah tahu bahwa Tasia anak seorang ODHA. Alexandra mengatakan bahwasanya bisa jadi Tasia pun tertular penyakit menakutkan tersebut dan mengejeknya dengan segala macam ejekan yang menyakitkan hati, termasuk menyebutnya sebagai orang yang terbiasa free sex/  PSK juga. Akibatnya, semua mengucilkannya, termasuk Rani sahabatnya sendiri.

Tuhan tak membiarkannya sendiri dan menurunkan malaikat baginya. Singkat cerita, akhirnya ada seorang yang menjadi penyelamat dan pelindung hidupnya. Aditya, kakak kelas yang akhirnya akrab dengannya karena hampir selalu berdua terkena sanksi dari Guru BP. Tasia karena rambut kecokelat-cokelatan alami keturunan dari Papanya sedangkan Aditya karena kesalahannya memakai anting di kedua telinganya. Walaupun, di akhir cerita mereka akan berpisah karena Aditya mendapatkan beasiswa ke luar negeri ( hal 123-128).

Walaupun novel teenlit, novel ini layak dibaca oleh siapapun tanpa pandang usia setidaknya ada dua pelajaran yang bisa diambil. Pertama, ODHA adalah bagian masyarakat yang harus dihargai keberadaannya, walaupun sudah diambang kematian. Kedua, ujian tak akan jauh dari kehidupan manusia, sekaligus Tuhan tak akan jauh dari manusia. Ujian adalah bentuk kasih sayang Tuhan, agar kita selalu berusaha dekat dengan-Nya. Karenanya, selalu meminta dan mendekatlah pada Tuhan, agar ujian mudah dihadapi dan teratasi.

Peresensi: Muhammad Rasyid RidhoKetua Journalistic Club Ikom Universitas Muhammadiyah Malang dan bergiat juga di Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM